12 agustus 2013
Suatu objek terekam oleh retina mata , menerawang di
pelupuk mataku dengan biasan lampu temaram di depan pintu belasan keril
berbaris dengan acak bersanding peralatan seperti nesting kompor, matras dll, malam
ini kami ber duapuluh menyiapkan perbekalan dan myiapkan diri untuk suatu
perjalanan yang penuh arti, tentang memaknai hidup, tentang alam, dan tentang
pertemanan, yang di kemas dalam cerita kecil kami, semeru destinasi yang sudah
ada di rongga-rongga otak sejak setahun sebelum malam ini, akhirnya dapat kami
aplikasikan dalam balutan kebersamaan kami berduapuluhlima, 5 orang sahabat
kami yang menunggu di meeting point malang berkordinasi dengan kami di Jakarta,
pukul 19.00 hingga 05.00 kami habiskan waktu dengan menyiapkan perbekalan dan
persiapan mental menhadapi ganasnya atmosfer semeru , hari itu di selimuti oleh
mimpi di atas awan dan kebersamaan kami di balut dalam temaram lampu rumah
kawan kami di sudut kota Jakarta
13 agustus 2013
Pukul 05.00 sebagian dari kami belum terlelap ,
sebagian masih berselimut mimpi di peraduannya, sebagian dari kami mengecek
ulang perbekalan dan persiapan teknis , pukul 10.00 pagi aku, baom, jalu nada,
acim, nadia, mamo, fajry, cano, ricky ncek, banu, dila, acup, fera, imam, dede,
yogi, dika dan ridwan, bersiap untuk teknis pemberangkatan menuju stasiun,
pukul 10.30, kami beranjak menyeretkan kaki menuju stasiun psar senen Jakarta, setibanya
di sana ratusan orang mengenakan tas keril berjalan terpogoh-pogoh menuju pintu
masuk stasiun , tak ada koper tak ada kerdus hanya tas keril dan daypack
menghiasi atap atap gerbong di 3 gerbong paling belakang, canda tawa dan
hangatnya kebersamaan kami lakukan untuk membunuh kebosanan di dalam gerbong,
hingga sore menampakan temaramnya, hingga senja bercumbu elok dengan gumarang
di ufuk barat bumi, tak terasa gelap pun jatuh di ujung sore kami masih
menghiasi bibir dengan bualan dan canda tawa di dalam gerbong hingga satu
persatu dari kami terpejam meniti mimpi di ujung langit yang pekat di tengah sawah
perjalanan malang.
14 agustus 2013
Pagi ini kami berada di tempat yang berbeda, tak
kurasakan kemacetan yang mengular di cililitan, tak kumelihat debu ganas
metromini di perempatan kp.melayu, aku terlelap dengan jalan yang terpogoh
menyeretkan kaki berusaha untuk berontak dari lelapnya mimpi, aku lihat
beberapa teman sedang di sambungan gerbong menarik dalam rokoknya sambil
tertawa dan bercengkrama kuhampiri mereka dengan bermodalkan korek api ,
arlojiku menunjukan pukul 5.30 satu setengahjam lagi kuda besi yang kami naiki
akann tiba di malang seperti yang tertera di tiket, retina mataku menangkap
objek perumahan penduduk yang berderet
anggun di pelataran rel kereta api di padukan dengan hijaunya sawah ,
tegapnya perbukitan di guyur dengan hamparan sinar mentari pagi menambah ke
eksotisan perjalanan ini , sunguh pagi yang indah di pinggiran kota malang, di
ujung sana aku melihat bangunan stasiun
berdiri menyambut kami, tertera plank yang bertuliskan “st.malang” menandakan
akhir perjalanan menunggangi kuda besi sekaligus awal perjalanan yang
sesungguhnya , kami bergegas mempersiapkan perbekalan mengangkat satu persatu
keril yang kami sebut “lemari es” keluar gerbong , pukul 08.00kami tiba di
malang , melenturkan sedikit otot otot yang mulai kusut karena lamanya duduk di
dalam gerbong, 3 teman kami menunggu di luar kirana, dwi, dan edi menyapa dari
kejauhan dan berjalan dengan keril di pundak yang langsung bergabung dengan
kawanan , perjalanan menuju semeru kami lanjutkan dengan tujuan pasar tumpang
dengan angkot yang kami carter 25 orang beranjak dengan ribuan tekad di dada
Pukul 10.00 Pasar tumpang sudah di pelupuk mata,
kami bergegas turun dan bersiap melanjutkan perjalanan ke ranupani desa trakhir
sekaligus shelter pendakian gunung semeru , dengan birokrasi dan estimasi waktu
yg ckup memakan waktu pukul 14.00 kami berduapuluhlima menaikan satu persatu
keril yang penunh muatan ke badan truk sekaligus menandakan perjalanan pasar
tumpang-ranu pani dimulai , seperti janji tuhan kepada manusia “semakin tinggi
kamu melangkah semakin indah yang akan kau dapat” rasanya benar benar kami
rasakan, hamparan savanna berjejer rapi di kaki bukit, dengan damai gumpalan
awan tipis mengapung di belakangnya, dengan eloknya indah mahameru mengintip
seolah mengundang kami untuk mencumbui pasirnya , tak berhenti kami berdecak
kagum melihat Indonesia dari dekat , rasa bangga terhadap negeri ini ketika
semua hancur oleh kerakusan dan ketamakan para birokrat hanya alamu yang masih
menghiasi merah dan putih di langit nusantara,
Sang surya mengintip malu di balik awan ranu pane
yang sudah menyerong ke barat , sore itu pukul 16.00 kami tiba di desa kecil
yang indah di kaki semeru, mengurus administrasi dan birokrasi pendakian semeru
, sebagian dari kami menyiapkan tempat untuk kami bermalam, hawa dingin
ranupane berhembus lembut menyapa tubuh tubuh setiap orang yang di jumpainya
seraya kami yang berbagi kehagatan di pendopo dekat basecamp, malam berbintang
di ranu pane kami rajut dengan asa menembus rimba semeru .
15 agustus 2013
Danau di ranu pani masih berasap, sebuah reaksi
dingin yang di guyur hangatnya mentari pagi menandakan dinginnya malam semalam
di ranupane , kami ber25 bergegas menyiapkan teknis pendakian sekaligus
perbekalaan saat trekking, membagi menjadi 4 tim dengan sela 5 menit
pemberangkatan, sepanjang jalan puluhan pendaki berjalan beriringan sebuah efek
magis yang ditularkan oleh sebuah film yang mengeksplorasi semeru, semoga kami
tidak , hari itu jalur semeru penuh debu bukan karena faktor alam tapi karena
puluhan bahkan ratusa pendaki berangkat dan berjalan beriringan , dengan
langkah gontay kami menargetkan ranu kumbolo sebagai destinasi camp kami yang
pertama,arlojiku menunjukan pukul 3 sore
ketika kami semua menapakan kaki di ranu kumbolo, sebagian mendirikan tenda
sebagian memasak tetapi dua manusia ajaib acup dan kirana memilih untuk berburu
ikan kecil di pinggiran danau, mataku menyapu ke barisan bukit di sekeliling
danau sebuah ranu yang indah di balut dengan barisan bukit di selimuti rumput
laksana permadani , surga dunia tepat di pelupuk mataku ,
Suara takbir sayup sayup terdengar, hari itu
lembayung sore mengintip malu di jejeran bukit di ufuk barat, malam mulai
menyelimuti ranu kumbolo yang semakin ramai, puluhan bintang , bahkan ratusan
mulai menampakan dirinya bertabur acak di langit ranukumbolo yang indah,
ratusan sinar senter berjajar turun dari punggung bukit laksana kunang-kunang
yang tiada henti seraya puluhan manusia menapakan kaki di ranukumbolo ini,
malam itu kami balut dengan hangatnya api unggun dan kebersamaan di ranu
kumbolo yang indah, keningku mengkerut merasakan apa yang terjadi terdampar di
tempat seindah ini serasa di surga dunia ,
16 agustus 2013
Pukul 06.00 danau itu masih belum terllihat asap
mengapung di atasanya seperti menyelimuti dinginnya ranu dengan kabut, gigiku
mengkerut mencoba melawan dingin yang semakin menusuk, sebagian teman sudah
terjaga dengan teh dan kopi di tangan, sebagian merapatkan barisan di deretan
api menncari kehangatan yang hilang semalam, aku memilih tidur kembali
Kelopak mataku terbuka ketika secerca sinar mulai
masuk ke runang-ruang kosong tendaku, menyapa hangat dengan derainya sinar
pagi, berusaha berontak dari nyaman dalam tenda dengan langkah terpogoh aku
menghampiri kopi yang sedari tadi melambai menggoda,
Semua orang dengan kesibukannya mulai menderapkan
langkah kakinya, packing, menggelar tenda, bertegur sapa memasak bahkan
memancing aku rasa kehidupan kota berpindah tempat, keasrian dan kealamian
gunung tercemar ketika mataku menyapu di sekeliling banyak sampah yang
ditinggalkan, sampai perbuatan keji mencemari danau dengan mandi dan
keramas,mereka yang melakukan kegiatan tanpa tau ideology dan makna dari mendaki
gunung, sungguh efek magis sebuah film, semoga kami tidak
16 agustus kami habiskan waktu bersama ranu kumbolo
yang kurang bersahabat karena kotor sampah dan limbah, tapi tak kami lewatkan
sedetikpun tanpa keindahan semeru beserta isinya , hingga pagi berganti malam ,
hingga gelap menyergap terang, -5 derajat celcius kami balut dengan hangatnya
kebersamaan di tengah ranu yang beku ,
17 agustus 2013
Sang fajar belum sepenuhnya menampakan diri, masih
mengintip malu di sela bukit di ufuk timur, tetapi dapat kami rasakan sinarnya
mengguyur permukaan wajah kami yang dingin, hari ini sejarah besar terukir di
hidup kami, sebuah apresiasi kepada negeri yang permai ini, sebuah tindakan
yang menunjukan sejauh mana eksistensi kammi berdiri menghargai negeri ini,
sang saka merah putih terkepal di tangan, ratusan manusia berbaris rapi
berjajar di sekeliling danau mengitari sebuah tiang , rasa haru dan bangga tak
dapat terwakili oleh untaian kata ketika menyanyikan lagu kebangsaan tegak
berdiri dan hormat kepada sang merah putih benar-benar membuat lutut kami
bergetar menjalar ke seluruh rongga badan hingga hati kami pun bergetar, hingga
sang saka berkibar di tiang tertinggi ranu kumbolo kami berdecak kagum kepada
alam nusantara ini , hanya alamu yang masih bisa mewarnai merah dan putih di langit nusantara,
Takjub akan pengibaran sang saka di atas 2500mdpl ,
kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju kalimati, puncak bukan tujuan
utama kami, kembali dengan selamat adalah hal yang mutlak dan wajib bagi
perjalanan kami, derapp langkah kami berduapuluh lima bercampur debu ketika
melewati tanjakan cinta menuju oro-oro ombo, dataran landai lembah memnjakan
mata kami dengan lukisan alam ranu kumbolo di belakang kami, derap kaki
kulanjutkan dengan menuruni bukit melwati oro-oro ombo dengan lavender yang
sedang tidak mekar, tanjakan yang cukup menguras tenaga menuju pos jambangan di
bayar kontan ketika kaki berpijak di sana, begitu indahnya mahameru sang puncak
abadi para dewa berdiri tegap di depan retina kami yang sesekali meletupkan
material fulkanik menambah decak kagum kami ,
perjalanan ke kalimati kali ini di temani oleh mahameru yang mengintip
malu di balik awan yang menggantungm seolah merayu untuk mencumbui pasirnya ,
KALIMATI
Sudah puluhan manusia mendirikan tenda bersenda
gurau dan lain lain, ketika kami menginjakan kaki di kalimati arlojiku
menunjukan pukul 15.00 , Sebagian dari kami sibuk membangun tenda, sebagian
menyiapkan urusan dapur, dan sebagian sibuk dengan urusan kamarmandinya ,
Unyahan permen karet di mulutku tidak cukup untuk
menahan geratan di gigiku akibat dingin, aku memutuskan bergabung bersama yang
lainnya dekat dengan sumber api, istirahat total sampai pukul 22.00 itu yang
akan dijalani kami untuk persiapan summit attack kami , hanya hawa beku dan
angin dingin kalimati yang kami lawan hari itu, pukul 22.00 mataku sudah harus
terbangun dari nyamannya sleepingbag kami sibuk saling membangunkan rekanrekan
yang masih terlelap, malam ini adalah malam dimana kami melakukan perjalanan
yang sebenarnya, 25 orang meneguhkan hati merendahkan hati berbaris melingkar
berselimut doa, salah satu kawan kami menjelaskan teknis saat summit attack ,
kami melawan dingin dengan saling merangkul, bukan gunung yang di takluki,
manusia terlalu sombong jika menaklukan gunung, tapi taklukanlah diri sendiri
dari rasa ego, dengan raendah hati dan keteguhannya kami melanjutkan perjalanan
ke puncak , sungguh di luar perkiraan kami jalan ke puncak amat terjal dan
macet akibat terlalu banyaknya manusia yang ingin kepuncak malam itu, 30 menit
kami berdiam diri tanpa tenda tanpa api, hanya sembar jaket di badan kami , melihat
estimasi waktu yang tidak cukup dan lamanya kami berdiam diri kami secara
dewasa memutuskan utuk turun ke kalimati tanpa mau mengambil resiko yang lebih
brbahaya, -15 derajat malam itu kami bergegas turun agar darah dalam tubuh kami
tidak beku
18agustus 2013
Hangat mentari pagi menyiari kawasan kalimati dan
sekitarnya, kami mencari sinarnya yang terhambur ke padang rumput kalimati,
hari itu kami memutuskan turun setelah apa yang dilewati bersama, semeru telah
mengajarkan pelajaran berarti di hidup kami 25 orang merajut kebersamaan dalam
hangatnya tenda, berbagi peluh bersama,
berbagi suka dan duka bersama , mengajarkan kami arti berbagi, cinta,mimpi,
kebersamaan terukir di semeru malam hari kami sudah di truk menuju pasar
tumpang, ribuan cerita terukir di memori, sebagian kami terlelap bersama mimpi
terbang ke ranu kumbolo, kalimati dan atas apa yang telah dilewati ,
Keindahan semeru
beserta ceritanya terukir di antara bait bait perjalanan hidup seorang aku ,
hutannya memberikan kesejukan , danaunya yang biru memberikan ketenangan
puncaknya yang indah memberikan kemegahan sekaligus tanda “kecilnya” manusia di
hadapan sang pencipta , keindahan alam semeru akan lebih baik jika kesadaran
para pendaki menjaga etika kepada alam , karena alam ini hidup, ala mini bernafas,
ketika mereka di perlakukan tidak adil maka akan dib alas dengan caranya
sendiri , untuk itu perlunya kesadaran bagi para pendaki bahwa selayaknya kita
jangan hanya menjadi seorang penikmat alam tapi kita perlu mencintai alam agar
alam membalas kebaikan kita dengan caranya sendiri
Halo Satrio! :D
BalasHapusTulisanmu cukup bagus. Pilihan diksinya sangat menarik. Ada satu hal yang menjadi perhatian, yaitu kamu menggunakan kalimat yang terlalu panjang. Satu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat yang super panjang. Apakah hal tersebut disengaja? Soalnya aku memang tidak melihat tanda titik sama sekali di tulisan ini.
Tulisanmu akan jauh lebih ramah bagi pembaca jika kamu memecah kalimat majemuk yang terlalu panjang menjadi beberapa kalimat yang lebih sederhana. Dengan demikian, pembaca tidak akan mudah lelah membaca diksimu yang unik dan bisa tetap meneruskan membaca hingga kalimat yang terakhir.
Overall, it's a good job!
Oh iya, aku owner dari CariPenulis.com (@CariPenulis_Com on Twitter)
Semangat menulis! ;)