Rabu, 28 Januari 2015

SURGA DI BELAHAN LOMBOK



Lembar kalender di kamar telah habis di penghujung tanggal desember 2014, tak sabar menyambut pergantian tahun 2015, telah banyak di lalui lembaran hari di 2014,  detik berganti menit, telah kekal dalam hitungan hari, di awal tahun yang penuh harapan tergantung cita-cita serta harapan untuk menjadi manusia yang baru, mengawali tahun yang memberi matahari pertamanya dalam lukisan emas di ufuk timur aku coba mnyongsong hari dan mengayunkan langkah,

Ku tarik tirai hari yang hangat di pagi hari, mencoba memikirkan apa yang hendak ku raih dari banyak nya mimpi yang kugantungkan, pandanganku di sihir oleh ransel berdebu di sudut kamar, seakan melambai meminta untuk di isi barang serta di ajak melangkah,  lamunanku terbang merobek langit terbayang akan suatu tempat di Lombok, sebuah gunung yang memiliki sejuta keindahan tersembunyi, memiliki hamparan ciptaan tuhan yang tak ternilai, piiranku tertuju satu tempat, RINJANI..

Ada banyak alasan mengapa rinjani menjadi tempat yang ingin di kunjungi di tahun 2015 ini , selain bentang alamnya yang mempesona, alam rinjani juga menyimpan sisi spiritual bagi masyarakat sekitar, keunikan budaya kaki gunung rinjani juga menarik untuk di gali dan di eksplore, gunung rinjani di Lombok juga termasuk dalam seven summit Indonesia yaitu tujuh gunung tertinggi di Indonesia, dengan ketinggian 3.726 m dpl ini rinjani merupakan gunung tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Jaya Wijaya di Papua dan Gunung Kerinci di Sumatra, gunung Rinjani merupakan salah satu gunung tercantik di Indonesia yang namanya sudah tersohor hingga ke pelosok negeri bahkan dunia, Kecantikan gunung ini tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan Danau Segara Anak yang terletak pada ketinggian 2.008 m dpl, Tepian danau seluas 1.100 ha ini menjadi tempat favorit para pendaki untuk beristirahat,

Selain itu Eksotisme di persinggungan garis batas, mungkin istilah tersebut bisa digunakan untuk mendeskripsikan panorama bentang alam Rinjani. Ya, Gunung Rinjani memang terletak di zona transisi garis imajiner, Garis Walacea, yang memisahkan flora dan fauna menjadi dua bagian. Di tempat ini flora fauna tropis Asia bertemu dengan flora fauna khas Australia. Kijang, musang rinjani, burung penghisap madu, lutung budeng, trenggiling, merupakan contoh fauna yang bisa dijumpai di tempat ini. Gunung Rinjani juga diselimuti ekosistem hutan hujan pegunungan rendah, hutan hujan pegunungan tinggi, hingga savana yang sangat luas berhiaskan edelweiss, Tak hanya menjadi gunung dengan tata kelola terbaik di Asia Tenggara, Gunung Rinjani juga beberapa kali mendapatkan penghargaan dunia karena dinilai berhasil mengembangkan diri menjadi tempat wisata berbasis ekologi dan masyarakat.
Bagi masyarakat Sasak, Gunung Rinjani tidak hanya menjadi gunung yang memberi penghidupan namun juga diyakini memiliki nilai spiritualitas yang tinggi dan penopang ekosistem. Hubungan antara Rinjani dan warga Sasak bukan hanya berdasar nilai ekonomi semata, namun juga mencakup hubungan ekologi dan spiritual yang terwujud dalam harmoni kehidupan masyarakatnya. Rinjani dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi, sehingga semua rumah warga di kampung Adat Senaru menghadap ke arah Gunung Rinjani sebagai bentuk penghormatan. Selain itu, tak ada satupun warga yang berani mengambil alang-alang maupun rumput di kawasan Rinjani untuk dijadikan atap rumah atau dinding, sebab hal tersebut dianggap sebagai penghinaan terhadap Dewi Anjani    

Bentangan alam rinjani serta kearifan warganya memiliki sisi spiritualitas yang memanggil juga menantang untuk di jelajahi, keindahannya tak habis di ceriitakan di lembaran kertas, maka semesta izinkanlah sepasang kaki ini menapaki indahnya, semoga juli bersahabat dan mengizinkan harinya untuk melangkahkan kaki kecil ini menapaki surga di belahan Lombok, 


 www.pergidulu.com

Senin, 19 Januari 2015

TERJAL SLAMET


Semarang 10, desember 2011 
Langit di barat meng oranye menandakan siang yang sudah mulai menyelimuti langitnya dengan guratan oranye dan warna hitam, menandakan gelap di malam hari , aku berdelapan bersiap mengecek ulang perbekalan serta persiapan perjalanan kami meunuju gunung slamet , barisan carrier kosong hamper memenuhi sebagian kamar kos di kawasan tembalang , sebagian lainnya terburai peralatan serta perbekalan yang akan di bawa untuk berkunjung dan menikmati alam slamet , setiap kami sibuk mengecek perbekalan pribadi serta barang bawaan beregu untuk melakukan perjalanan ini ,
Malam itu ribuan air tak henti menghujam ke bumi membasahi genting serta dedaunan di sekitaran kos kami , mempersiapkan double ekstra menghadapi cuaca ektreme di atas sana menjadi kesadaran dan tanggung jawab dari kami , tak leleahnya kami berbagi tawa serta candaan seraya packingan di carrier yang mulai penuh , langit pekat pun baru mulai  menunjukan keramahannya di penghujung malam ,
Pukul 23.00 kami berangkat meninggalkan zona nyaman kami menggonakan sepeda motor dari semarang menuju purbalingga , membelah dingin dan pekat jalanan basah pada saat itu
Belaiaan angin dingin kawasan dieng sekaan menhujam kami tanpa henti, tak ayal , sesekali “kuda” bermotor kami bersandar di bahu jalan seraya pengemudinya yang melepas carrier dan tentunya melepas lelah , 

Purbalingga 11, desember 2011
Suasana ramah kota bersih nan damai di belahan jawa tengah menyambut kami , puluhan kilo meter jarak yang kami tempuh seakan sirna oleh keramahan penduduk beserta alam purbalingga , kaki gunung slamet terhampar persawahan hijau di pelupuk mata seakan tak bertepi , hasil bumi seperti , bawang, kacangpanjang, dll terhampar luas di hadapan kami , bibirku berdecak kagum oleh keindahan kaki slamet yang megah ,di tengah-tengahnya berdiri kokoh punggungan gunung slamet dengan mantapnya, sambil berkendara , angin dingin terus membelai pori-pori kami seakan tak memberi ampun untuk cepat beradaptasi oleh keadaan ,
16.00 sore Secangkir teh panas sudah di tangan ketika aku menatap ke cahaya sekarat di ufuk barat , basecamp bambangan merupakan tempat kami bersinggah untuk melakukan pendakian esok pagi , sambil mengurus registrasi pengunjung kami saling melempar candaan serta tawa ramah kepada sesame pendaki slamet kala itu , tampak awan menggelayut di hadapanku ketika aku memutuskan untuk keluar basecamp dan menikmati senja sekarat di ufuk barat , seolah berdiri sejajar dengan awan namun lamunanku tersadar bahwa memang aku berada sejajar dengan awan sore itu 

Bc. Bambangan - camping ground, 12 desember 
  
Kabut masih menggelayuti sekitar basecamp ketika mataku mulai terbuka ,gigiku bergerut menahan tusukan hawa dingin di ruangan tempat kami tidur,  arlojiku menunjukan pukul 06.45 , saat aku mulai melihat kesibukan yang ada , aku pun segera beraktifitas untuk mengusir hawa dingin yang jahat segera ku rapihkan carrierku menata ulang perbekalan yang ku bawa dan segera bergabung denngan ke tujuh temanku yang sibuk menata ulang packingnya sambil bercengkrama ,
Ucapan doa ku sematkan di pundak sebelum melakukan perjalanan menuju puncak slamet ,Setapak jalan di hadapanku menyambut , sebuah gapura besar menjadi penanda “pintu rimba” jalan kami untuk melakukan pendakian , pukul 09.00 pagi kami jejakan langkah kecil menuju puncak slamet ,
Jalan menuju pos satu merupakan areal persawahan warga yang dimanfaatkan untuk bercocok tanam serta di kelola sebagai kawasan ekonomi warga sekitaran kaki gunung slamet , areal ini mayoritas di Tanami oleh bawang, sledri, daunbawang, sawi dll , komoditas andalan masyarakat kawasan kaki gunung slamet ,
Jalan menuju pos 2 merupakan lahan konservasi hutan yang di jaga oleh balai taman nasional , jenis vegetasi di dominasi oleh tumbuhan cemara dan pinus , kondisi medan di jalur ini masih tergolong landai dengan beberapa kali jalanan terjal , kerongkongan yang mulai kering memaksa kami untuk beristirahat sejenak ,
Arlojiku menunjukan pukul 14.00 setelah kami melewati pos 4 , bebrapa bungkus makanan serta beberapa cangkir kopi dan teh kami santap sebagai tambahan suplemen bagi perjalanan kami , setelah apa yang kami lewati pos 3 dan pos 4 di dominasi tumbuhan-tumbuhan besar serta vegetasi basah , setelah perut cukup terisi kami melanjutkan perjalanan menuju pos 5 tempat kami mendirikan tenda ,
Lembayung sore menyambut kami dengan gumpalan awan yang terguyur oleh cahaya sekarat menuju senja , beberapa tenda berhasil kami dirikan pasak menancap kuat menahan tenda dari angin malam slamet , kami sibuk membuat perapian serta melakukan aktifitas untuk sekedar mengusir hawa dingin yang mencoba hinggap di pundak , bebarapa cangkir kopi kian akrab dengan ujung bibir kami , di hadapan kami terhampar gumpalan awan cantik menebus rasa lelah kami melewati perjalanan tadi , seakan menyihir kami untuk lupa dengan rasa lelah,
Malampun tak kalah indahnya , ribuan bintang seakan dekat di ubun-ubun kepala , seakan ornament  yang menghiasi kamar , diantara bara api dan ransel kososng kami membalut kehangatan dengan saling lempar candaan melepas lelah seharian , ratusan benda langit menambah megah gunug slamet yang kami pijaki ini ,
Malam itu serasa terbang memeluk langit, kami di bumi tapi amat dekat dengan langit
Pos 5 – summit 13 desember 2011
Pukul 03.00 dini hari , kami sudah bangun dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk melakukan summit attack , headlamp ku mulai menerangi jalan setapak di hadapanku , masih ada dua pos sebelum kami menemui “plawangan” menuju puncak, pos 6 kami berhasil lewati dengan baik tanpa kendala melawati pos 6 vegetasi tumbuhan mulai pendek menandakan puncak sudah di pelupuk mata , pos 7 berhasil kami gapai dan sampailah kami di plawangan yaitu batas vegetasi tumbuhan , nafasku di penuhi oleh asap mengepul saat itu sang surya mulai menampakan kemegahannya di ufuk timur tepat di belakangku , jalur plawangan ku tempuh dengan merayap karena tingkat kemiringan yang cukup ekstreme , ku coba untuk mengatur nafas dan ternyata tuhan tak pernah ingkar janji , semakin tinggi kaki melangkah maka akan semakin indah yang kau dapat, tepat di belakangku gumpalan awan besar membumbung elok di guyur kilauan emas dari mentari yang baru terbit menyinari sisi sisi gelap hutan , sinarnya terus menjalar hingga menerangi sisi tubuhku yang dingin , seperti semangat langsung yang diberikan tuhan agar aku tak menyerah menggapai puncak slamet ,
Bendera merah putih tertancap gagah di bebatuan di atas sana, tak ku melihat lagi ada undakan track di atasnya , itu artinya puncak sudah di pelupuk mata , ku percepat langkahku yang mulai gontay ,
Tak kusangka aku berdiri di ketinggian 3.300 Mdpl , kugapai bendera merah putih kemudian menciumnya di tengah angin slamet yang berderu , sebagai tanda penghargaan atas keindahan negeri ini sebagai rasa hormat atas segala perjuangan menggapainya , kusematkan doa dan tekad untuk melestarikan dan menjaga apa yang telah di anugrahkan tuhan dengan caraku sendiri , kepuasan bathin serta kebanggan karena masih di izinkan oleh sang pencipta mencicipi gurihnya sebagian kecil keindahan indoonesia
Matahari sudah membumbung tinggi  ketika team kami memutuskan untuk turun ke tempat kami mendirikan tenda , tak lama berselang kami memutuskan turun hari itu juga, dengan kepala tegak dan hati yang tunduk , terimakasih slamet beserta alammu ..

PERJALANAN
Semarang- purbalingga = 13 jam (santai menggunakan motor) estimasi budget 60.000/orang PP
 Purbalingga – pos bambangan = 2 jam estimasi budget 20.000/orang  
Tracking
Basecamp – pos 1 = 1 jam
Pos 1- pos 2 = 2 jam
Pos2- pos 3 = 2 jam
Pos 3 – pos 4 = 1 jam
Pos 4 – pos 5 = 1 jam
Pos 5- plawangan = 3 jam

Minggu, 11 Januari 2015

JEJAK SEMERU





12 agustus 2013
Suatu objek terekam oleh retina mata , menerawang di pelupuk mataku dengan biasan lampu temaram di depan pintu belasan keril berbaris dengan acak bersanding peralatan seperti nesting kompor, matras dll, malam ini kami ber duapuluh menyiapkan perbekalan dan myiapkan diri untuk suatu perjalanan yang penuh arti, tentang memaknai hidup, tentang alam, dan tentang pertemanan, yang di kemas dalam cerita kecil kami, semeru destinasi yang sudah ada di rongga-rongga otak sejak setahun sebelum malam ini, akhirnya dapat kami aplikasikan dalam balutan kebersamaan kami berduapuluhlima, 5 orang sahabat kami yang menunggu di meeting point malang berkordinasi dengan kami di Jakarta, pukul 19.00 hingga 05.00 kami habiskan waktu dengan menyiapkan perbekalan dan persiapan mental menhadapi ganasnya atmosfer semeru , hari itu di selimuti oleh mimpi di atas awan dan kebersamaan kami di balut dalam temaram lampu rumah kawan kami di  sudut kota Jakarta 

13 agustus 2013
Pukul 05.00 sebagian dari kami belum terlelap , sebagian masih berselimut mimpi di peraduannya, sebagian dari kami mengecek ulang perbekalan dan persiapan teknis , pukul 10.00 pagi aku, baom, jalu nada, acim, nadia, mamo, fajry, cano, ricky ncek, banu, dila, acup, fera, imam, dede, yogi, dika dan ridwan, bersiap untuk teknis pemberangkatan menuju stasiun, pukul 10.30, kami beranjak menyeretkan kaki menuju stasiun psar senen Jakarta, setibanya di sana ratusan orang mengenakan tas keril berjalan terpogoh-pogoh menuju pintu masuk stasiun , tak ada koper tak ada kerdus hanya tas keril dan daypack menghiasi atap atap gerbong di 3 gerbong paling belakang, canda tawa dan hangatnya kebersamaan kami lakukan untuk membunuh kebosanan di dalam gerbong, hingga sore menampakan temaramnya, hingga senja bercumbu elok dengan gumarang di ufuk barat bumi, tak terasa gelap pun jatuh di ujung sore kami masih menghiasi bibir dengan bualan dan canda tawa di dalam gerbong hingga satu persatu dari kami terpejam meniti mimpi di ujung langit yang pekat di tengah sawah perjalanan malang. 

14 agustus 2013  
Pagi ini kami berada di tempat yang berbeda, tak kurasakan kemacetan yang mengular di cililitan, tak kumelihat debu ganas metromini di perempatan kp.melayu, aku terlelap dengan jalan yang terpogoh menyeretkan kaki berusaha untuk berontak dari lelapnya mimpi, aku lihat beberapa teman sedang di sambungan gerbong menarik dalam rokoknya sambil tertawa dan bercengkrama kuhampiri mereka dengan bermodalkan korek api , arlojiku menunjukan pukul 5.30 satu setengahjam lagi kuda besi yang kami naiki akann tiba di malang seperti yang tertera di tiket, retina mataku menangkap objek perumahan penduduk yang berderet  anggun di pelataran rel kereta api di padukan dengan hijaunya sawah , tegapnya perbukitan di guyur dengan hamparan sinar mentari pagi menambah ke eksotisan perjalanan ini , sunguh pagi yang indah di pinggiran kota malang, di ujung sana aku  melihat bangunan stasiun berdiri menyambut kami, tertera plank yang bertuliskan “st.malang” menandakan akhir perjalanan menunggangi kuda besi sekaligus awal perjalanan yang sesungguhnya , kami bergegas mempersiapkan perbekalan mengangkat satu persatu keril yang kami sebut “lemari es” keluar gerbong , pukul 08.00kami tiba di malang , melenturkan sedikit otot otot yang mulai kusut karena lamanya duduk di dalam gerbong, 3 teman kami menunggu di luar kirana, dwi, dan edi menyapa dari kejauhan dan berjalan dengan keril di pundak yang langsung bergabung dengan kawanan , perjalanan menuju semeru kami lanjutkan dengan tujuan pasar tumpang dengan angkot yang kami carter 25 orang beranjak dengan ribuan tekad di dada
Pukul 10.00 Pasar tumpang sudah di pelupuk mata, kami bergegas turun dan bersiap melanjutkan perjalanan ke ranupani desa trakhir sekaligus shelter pendakian gunung semeru , dengan birokrasi dan estimasi waktu yg ckup memakan waktu pukul 14.00 kami berduapuluhlima menaikan satu persatu keril yang penunh muatan ke badan truk sekaligus menandakan perjalanan pasar tumpang-ranu pani dimulai , seperti janji tuhan kepada manusia “semakin tinggi kamu melangkah semakin indah yang akan kau dapat” rasanya benar benar kami rasakan, hamparan savanna berjejer rapi di kaki bukit, dengan damai gumpalan awan tipis mengapung di belakangnya, dengan eloknya indah mahameru mengintip seolah mengundang kami untuk mencumbui pasirnya , tak berhenti kami berdecak kagum melihat Indonesia dari dekat , rasa bangga terhadap negeri ini ketika semua hancur oleh kerakusan dan ketamakan para birokrat hanya alamu yang masih menghiasi merah dan putih di langit nusantara,
Sang surya mengintip malu di balik awan ranu pane yang sudah menyerong ke barat , sore itu pukul 16.00 kami tiba di desa kecil yang indah di kaki semeru, mengurus administrasi dan birokrasi pendakian semeru , sebagian dari kami menyiapkan tempat untuk kami bermalam, hawa dingin ranupane berhembus lembut menyapa tubuh tubuh setiap orang yang di jumpainya seraya kami yang berbagi kehagatan di pendopo dekat basecamp, malam berbintang di ranu pane kami rajut dengan asa menembus rimba semeru .

15 agustus 2013
Danau di ranu pani masih berasap, sebuah reaksi dingin yang di guyur hangatnya mentari pagi menandakan dinginnya malam semalam di ranupane , kami ber25 bergegas menyiapkan teknis pendakian sekaligus perbekalaan saat trekking, membagi menjadi 4 tim dengan sela 5 menit pemberangkatan, sepanjang jalan puluhan pendaki berjalan beriringan sebuah efek magis yang ditularkan oleh sebuah film yang mengeksplorasi semeru, semoga kami tidak , hari itu jalur semeru penuh debu bukan karena faktor alam tapi karena puluhan bahkan ratusa pendaki berangkat dan berjalan beriringan , dengan langkah gontay kami menargetkan ranu kumbolo sebagai destinasi camp kami yang pertama,arlojiku menunjukan pukul  3 sore ketika kami semua menapakan kaki di ranu kumbolo, sebagian mendirikan tenda sebagian memasak tetapi dua manusia ajaib acup dan kirana memilih untuk berburu ikan kecil di pinggiran danau, mataku menyapu ke barisan bukit di sekeliling danau sebuah ranu yang indah di balut dengan barisan bukit di selimuti rumput laksana permadani , surga dunia tepat di pelupuk mataku ,
Suara takbir sayup sayup terdengar, hari itu lembayung sore mengintip malu di jejeran bukit di ufuk barat, malam mulai menyelimuti ranu kumbolo yang semakin ramai, puluhan bintang , bahkan ratusan mulai menampakan dirinya bertabur acak di langit ranukumbolo yang indah, ratusan sinar senter berjajar turun dari punggung bukit laksana kunang-kunang yang tiada henti seraya puluhan manusia menapakan kaki di ranukumbolo ini, malam itu kami balut dengan hangatnya api unggun dan kebersamaan di ranu kumbolo yang indah, keningku mengkerut merasakan apa yang terjadi terdampar di tempat seindah ini serasa di surga dunia , 

16 agustus 2013
Pukul 06.00 danau itu masih belum terllihat asap mengapung di atasanya seperti menyelimuti dinginnya ranu dengan kabut, gigiku mengkerut mencoba melawan dingin yang semakin menusuk, sebagian teman sudah terjaga dengan teh dan kopi di tangan, sebagian merapatkan barisan di deretan api menncari kehangatan yang hilang semalam, aku memilih tidur kembali
Kelopak mataku terbuka ketika secerca sinar mulai masuk ke runang-ruang kosong tendaku, menyapa hangat dengan derainya sinar pagi, berusaha berontak dari nyaman dalam tenda dengan langkah terpogoh aku menghampiri kopi yang sedari tadi melambai menggoda,
Semua orang dengan kesibukannya mulai menderapkan langkah kakinya, packing, menggelar tenda, bertegur sapa memasak bahkan memancing aku rasa kehidupan kota berpindah tempat, keasrian dan kealamian gunung tercemar ketika mataku menyapu di sekeliling banyak sampah yang ditinggalkan, sampai perbuatan keji mencemari danau dengan mandi dan keramas,mereka yang melakukan kegiatan tanpa tau ideology dan makna dari mendaki gunung, sungguh efek magis sebuah film, semoga kami tidak 
 16 agustus kami habiskan waktu bersama ranu kumbolo yang kurang bersahabat karena kotor sampah dan limbah, tapi tak kami lewatkan sedetikpun tanpa keindahan semeru beserta isinya , hingga pagi berganti malam , hingga gelap menyergap terang, -5 derajat celcius kami balut dengan hangatnya kebersamaan di tengah ranu yang beku ,  


17 agustus 2013 
Sang fajar belum sepenuhnya menampakan diri, masih mengintip malu di sela bukit di ufuk timur, tetapi dapat kami rasakan sinarnya mengguyur permukaan wajah kami yang dingin, hari ini sejarah besar terukir di hidup kami, sebuah apresiasi kepada negeri yang permai ini, sebuah tindakan yang menunjukan sejauh mana eksistensi kammi berdiri menghargai negeri ini, sang saka merah putih terkepal di tangan, ratusan manusia berbaris rapi berjajar di sekeliling danau mengitari sebuah tiang , rasa haru dan bangga tak dapat terwakili oleh untaian kata ketika menyanyikan lagu kebangsaan tegak berdiri dan hormat kepada sang merah putih benar-benar membuat lutut kami bergetar menjalar ke seluruh rongga badan hingga hati kami pun bergetar, hingga sang saka berkibar di tiang tertinggi ranu kumbolo kami berdecak kagum kepada alam nusantara ini , hanya alamu yang masih bisa mewarnai  merah dan putih di langit nusantara,
Takjub akan pengibaran sang saka di atas 2500mdpl , kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju kalimati, puncak bukan tujuan utama kami, kembali dengan selamat adalah hal yang mutlak dan wajib bagi perjalanan kami, derapp langkah kami berduapuluh lima bercampur debu ketika melewati tanjakan cinta menuju oro-oro ombo, dataran landai lembah memnjakan mata kami dengan lukisan alam ranu kumbolo di belakang kami, derap kaki kulanjutkan dengan menuruni bukit melwati oro-oro ombo dengan lavender yang sedang tidak mekar, tanjakan yang cukup menguras tenaga menuju pos jambangan di bayar kontan ketika kaki berpijak di sana, begitu indahnya mahameru sang puncak abadi para dewa berdiri tegap di depan retina kami yang sesekali meletupkan material fulkanik menambah decak kagum kami ,  perjalanan ke kalimati kali ini di temani oleh mahameru yang mengintip malu di balik awan yang menggantungm seolah merayu untuk mencumbui pasirnya ,
KALIMATI
Sudah puluhan manusia mendirikan tenda bersenda gurau dan lain lain, ketika kami menginjakan kaki di kalimati arlojiku menunjukan pukul 15.00 , Sebagian dari kami sibuk membangun tenda, sebagian menyiapkan urusan dapur, dan sebagian sibuk dengan urusan kamarmandinya ,
Unyahan permen karet di mulutku tidak cukup untuk menahan geratan di gigiku akibat dingin, aku memutuskan bergabung bersama yang lainnya dekat dengan sumber api, istirahat total sampai pukul 22.00 itu yang akan dijalani kami untuk persiapan summit attack kami , hanya hawa beku dan angin dingin kalimati yang kami lawan hari itu, pukul 22.00 mataku sudah harus terbangun dari nyamannya sleepingbag kami sibuk saling membangunkan rekanrekan yang masih terlelap, malam ini adalah malam dimana kami melakukan perjalanan yang sebenarnya, 25 orang meneguhkan hati merendahkan hati berbaris melingkar berselimut doa, salah satu kawan kami menjelaskan teknis saat summit attack , kami melawan dingin dengan saling merangkul, bukan gunung yang di takluki, manusia terlalu sombong jika menaklukan gunung, tapi taklukanlah diri sendiri dari rasa ego, dengan raendah hati dan keteguhannya kami melanjutkan perjalanan ke puncak , sungguh di luar perkiraan kami jalan ke puncak amat terjal dan macet akibat terlalu banyaknya manusia yang ingin kepuncak malam itu, 30 menit kami berdiam diri tanpa tenda tanpa api, hanya sembar jaket di badan kami , melihat estimasi waktu yang tidak cukup dan lamanya kami berdiam diri kami secara dewasa memutuskan utuk turun ke kalimati tanpa mau mengambil resiko yang lebih brbahaya, -15 derajat malam itu kami bergegas turun agar darah dalam tubuh kami tidak beku  

18agustus 2013
Hangat mentari pagi menyiari kawasan kalimati dan sekitarnya, kami mencari sinarnya yang terhambur ke padang rumput kalimati, hari itu kami memutuskan turun setelah apa yang dilewati bersama, semeru telah mengajarkan pelajaran berarti di hidup kami 25 orang merajut kebersamaan dalam hangatnya tenda,  berbagi peluh bersama, berbagi suka dan duka bersama , mengajarkan kami arti berbagi, cinta,mimpi, kebersamaan terukir di semeru malam hari kami sudah di truk menuju pasar tumpang, ribuan cerita terukir di memori, sebagian kami terlelap bersama mimpi terbang ke ranu kumbolo, kalimati dan atas apa yang telah dilewati , 



Keindahan semeru beserta ceritanya terukir di antara bait bait perjalanan hidup seorang aku , hutannya memberikan kesejukan , danaunya yang biru memberikan ketenangan puncaknya yang indah memberikan kemegahan sekaligus tanda “kecilnya” manusia di hadapan sang pencipta , keindahan alam semeru akan lebih baik jika kesadaran para pendaki menjaga etika kepada alam , karena alam ini hidup, ala mini bernafas, ketika mereka di perlakukan tidak adil maka akan dib alas dengan caranya sendiri , untuk itu perlunya kesadaran bagi para pendaki bahwa selayaknya kita jangan hanya menjadi seorang penikmat alam tapi kita perlu mencintai alam agar alam membalas kebaikan kita dengan caranya sendiri